Yogyakarta (25/7), PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta kembali bergerak penyaluran sedekah makan santri berupa paket sembako dari donatur Waroeng Spesial Sambal (WSS). Paket sembako dalam hal ini mencakup beras, minyak, telur, teh, tepung, dan gula. Penyaluran paket sembako ini merupakan bagian dari program PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dalam menjalankan amanah dari donatur yang memiliki kepedulian tinggi terhadap santri dhuafa di Rumah Tahfizh. Penyaluran kali ini dilakukan di Rumah Tahfizh Nurul Qur’an Kokap, Kulon Progo dengan total keseluruhan berjumlah 160-an santri.
Rumah Tahfizh Nurul Qur’an Kokap merupakan rumah tahfizh binaan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta yang tergolong dalam kategori dhuafa. Biaya pesantren setiap bulan hanya ditarik sebesar Rp. 250.000. Angka ini pun baru saja dinaikkan dari yang awalnya hanya Rp. 150.000 pada bulan Juni 2024 lalu. Biaya tersebut sudah mencakup seluruh kebutuhan santri selama bermukim di pesantren. Kebijakan ini diterapkan oleh Pengasuh Rumah Tahfizh Nurul Qur’an Kokap, yakni Ustadz Nur Wahid, dengan tujuan agar dapat menyediakan pendidikan pesantren yang terjangkau untuk masyarakat akar rumput atau kelas menengah ke bawah.
Persoalan biaya diharapkan tidak lagi menjadi kendala utama untuk para orang tua memasukkan putra putrinya untuk mengenyam pendidikan agama di pesantren. Bahkan, Ustadz Nur Wahid telah menjalin kemitraan dengan lembaga pendidikan formal setempat dengan jarak yang sangat terjangkau dari pesantren, mulai dari jenjang MI/SD, SMP hingga SMA/SMK. Hal ini merupakan sebuah bentuk dan upaya Rumah Tahfizh Nurul Qur’an agar dapat menyeimbangkan pendidikan santri tidak hanya terbatas pada pendidikan agama di pesantren, melainkan juga pendidikan umum di sekolah formal. Maka tak heran jika mayoritas santri berusia belia atau masih menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Namun, ada beberapa santri juga yang sudah berada di jenjang SMP maupun SMA. Asal daerah santri pun sangat bervariasi, ada yang berasal dari Wilayah Yogyakarta, Semarang, bahkan ada pula yang dari Riau. Namun, keberagaman latar belakang santri ternyata tak menjadi penghambat santri dalam membangun ikatan dengan sesama di lingkungan pesantren. Justru menciptakan warna baru yang membuat ikatan dan kekeluargaan semakin kuat.
Bangunan dan gaya busana santri yang sederhana, sudah cukup menggambarkan nilai yang pegang teguh oleh Rumah Tahfizh Nurul Qur’an Kokap, yakni kesederhanaan. Berbeda dengan rumah tahfizh atau pesantren masa kini yang berlomba-lomba untuk transformasi menjadi modern. Mulai dari pembangunan terus dilakukan dan didesain menjadi lebih eksklusif, pendidikan mulai mengintegrasikan teknologi dan menganut model pembelajaran modern, hingga konsumsi santri yang disajikan lebih premium. Namun, Rumah Tahfizh Nurul Qur’an Kokap tetap mempertahankan kesederhanaannya sebagaimana pesantren para ulama terdahulu. Pada prinsipnya, santri diajarkan hidup dengan penuh kesederhanaan sebagai bentuk tirakat, agar terbiasa lebih siap ketika menghadapi berbagai kemungkinan realita kehidupan yang akan dijalani pasca keluar dari pesantren. Nyatanya, kesederhanaan juga bukan menjadi alasan santri untuk tidak betah di pesantren. Santri yang sebagian besar masih belia itu, telah hidup mandiri dan tak lagi manja untuk meminta kembali pulang pada orang tuanya. Mereka telah nyaman menjalani serangkaian rutinitas di pesantren karena merasakan hadirnya keluarga baru. Tak jarang santri memutuskan untuk menetap di Rumah Tahfizh selama enam tahun sembari menuntaskan pendidikan formalnya dari SMP hingga SMA. Bahkan, ada pula santri yang bermukim dari SD hingga SMA.
Rumah Tahfizh Nurul Qur’an telah menjadi lembaga rujukan belajar Al-Qur’an masyarakat setempat. Para orang tua di wilayah setempat tak segan menitipkan anaknya untuk ikut serta belajar di pesantren meski tidak mukim dan tidak intensif. Hal ini karena masyarakat memandang Ustadz Nur Wahid sebagai sosok yang sangat berpengaruh di masyarakat daerah Kokap bahkan Kulon Progo. Beliau aktif bergerak di berbagai organisasi kemasyarakat pada tatanan wilayah Kecamatan hingga Kabupaten. Salah satunya di Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai mitra binaan strategis PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, Rumah Tahfizh Nurul Qur’an Kokap juga selalu aktif mengikuti rapat koordinasi dan undangan program yang diselenggarakan.
Oleh karena itu, program penyaluran sedekah makan santri dari donatur ini merupakan bagian dari upaya mengeratkan silaturahim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta bersama Rumah Tahfizh Binaan. Tentu, upaya mengeratkan silaturahmi tidak berhenti pada program yang sifatnya berkala, melainkan juga melalui program-program berkelanjutan yang dapat menumbuhkan sinergi yang lebih kuat antara PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dan Rumah Tahfizh binaan.[]
Sedekah Sekarang